(INFO ZAM-ZAM) – SMA MBS Zam-Zam menghadirkan empat native speaker masih berusia muda dari Sudan dan Yaman untuk menjadi pemateri dalam pembelajaran Bahasa Arab di kelas X, XI dan XII Dai selama dua hari melalui program Majalis dan Kiwari pada Rabu-Kamis (13-14/09/2023). Keempatnya masih bersetatus mahasiswa internasional di Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) yaitu Motawakil dan Ibtisam (Sudan), Ahmed da Safia (Yaman). Menurut Kepala SMA MBS Zam-Zam, Ustadz Pandi Yusron, M.H., dengan menghadirkan para penutur bahasa asli yang umurnya masih muda, diharapkan komunikasinya lebih efektif dan nyambung.
“Ini sebagai kegiatan awal dalam upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran Bahasa Arab. Melalui interaksi langsung dengan native speaker yang umurannya masih satu generasi. Diharapkan para santri dapat menyerap kata dan kalimat dari yang paling mudah hingga yang paling rumit dengan benar dan tepat sesuai bahasa aslinya,” terang ustadz Pandi.
Selaku salah satu pendamping pemateri, ustadzah Avina Amalia M, M.A., menjelaskan bahwa tema yang diangkat dalam program ini meliputi, ‘Penguatan Bahasa Arab di Pondok Pesantren; Methode untuk Mempermudah Belajar Bahasa Arab.’ Kemudian pada pertemuan kedua membahas tentang: ‘Cara Meraih Kesuksesan dalam Menuntut Ilmu’ dan ‘Menjadi Generasi Emas’.
Ketika para native speaker di depan kelas, para santri tampak antusias dalam berdialog, baik menggunakan Bahasa Arab maupun ada yang dipersilakan bertanya menggunakan Bahasa Indonesia. Walupun begitu, dijawabnya dengan Bahasa Arab. Seperti yang dilakukan Mutowakili native asal Sudan saat mengajar di Kelas XII Dai 1 dan 2. Begitu juga Safia, Ibtisam dan Ahmed.
Ketika di kelas XI Dai 1, Ahmed justeru terkesan dengan kemampuan berbahasa salah seorang santri yang mampu bercakap-cakap menggunakan Bahasa Arab dengan dirinya. “Bahasa Arabnya bagus dan kemmapuannya seperti sudah menjadi mahasiwa,” kata Ahmed yang juga lancar berhasa Indonesia itu.
Kalau Mutowakili, selain menguasa Bahasa Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, juga bisa berbahasa jawa banyumasan atau Ngapak. Hal itu membuat para santri semakin terkesan.
“Jika kalian melamar pekerjaan, dilengkapi dengan keterangan kemampuan pandai berbahsa Arab, itu akan diprioritaskan,” terangnya di depan kelas X dai 1.
Sedangkan Safia beda lagi cara mengajarnya. Di awal pembelajaran, ketika berada di depan santri kelas XII Dai 1, mahasiswa jurusan Farmasi asal Yaman ini membuka pembelajaran dengan pertanyaan. Siapa di antara santri yang bisa menyanyi atau ber-nasyid. Kemudian santri bernama Sayid, melantunkan satu tembang nasyid. Berikutnya selain meminta santri menghafal surat pendek juga agar berdialog dengan percakapan bahasa Arab serta bermain tebak kata arab. Dimana Safia menulis satu atau dua huruf hijaiyah di antara beberapa tanda hubung. Lalu santri menjawab dengan menuliskan kata yang dimaksudkan. Ketika Safia menuliskan: Kha … Qi .. Ta (tamarbutah). Dimaksudkan adalah Kha-qi-ba-h, ternyata salah satu santri yang maju, ia menulisnya: Kha-bi-ba-h. Hal itu membuat Safia menahan tawa karena yang ditulis santri di luar dugaannya: Padahal kata yang dimaksudkan adalah kata yang berarti Tas, sehingga ia dan para santri santri lainnya tertawa. (h)